MAKNA PESTA BONA TAON

Posted in ,
Entah sejak kapan, saban tahun mulai dari bulan Januari hingga sampai bulan Mei atau bahkan Juni, komunitas Batak di kota-kota besar selalu menggelar perhelatan yang bernama Bona Taon. (Awal Tahun). Pada umumnya pesta Bona Taon di isi dengan kegiatan berupa penghimpunan massa atau angota , kebaktian (sejenak), makan-makan, pidato-pidato, nyanyi-nyanyi dan tidak jarang juga diisi dengan pemilihan pengurus. Yang terakhir menarik dicermati oleh para sosiolog: kekeluargaan Batak sadar atau tidak sadar rupanya telah mengalami proses pelembagaan dan formalisasi yang sedemikian kuat.

Pesta Bona Taon ini tidak hanya dilakukan oleh kumpulan Marga, tetapi juga persekutuan orang-orang sekampung
asal di Tapanuli dan juga persekutuan masyarakat dalam suatu wilayah atau lebih dikenal dengan STM, dan biasanya pesta bona taon ini di adakan dengan mengambil tempat yang lebih besar, mewah, santai dan atau dengan pemandangan yang indah, misalnya di Gedung serba Guna (Aula), kawasan wisata pantai, dan atau pusat keramaian (Mall). Maka timbul pertanyaan Apakah makna Bona Taon ini bagi komunitas Batak-Kristen perantauan ini?

Pertama: Ibadah bersama. Menurut Bona Taon ini komunitas Batak diajak untuk menyatukan doa. Bersyukur atas berkat yang telah diberikan, berdoa memohonkan perlindungan dan penyertaan, dan membaharui ketaatan kepada firmanNya. Melalui kebaktian Bona Taon ini orang-orang Batak Kristen itu mengaku bahwa hidupnya sangat tergantung kepada belas kasihan dan kemurahan Allah, bukan kepada kehebatan dan kejagoan dirinya. Apapun yang hendak dilakukannya di tahun yang baru ini tidak akan berhasil jika tidak disertai dan diberkati Allah. Sebab itu acara Bona Taon bagi komunitas Batak Kristen memiliki makna spiritual yang sangat dalam, yaitu sebagai suatu ritus pemulihan dan penyegaran iman bersama. Sebab itu wajar jika tidak melakukan acara Bona Taon, banyak orang Batak Kristen merasa ada yang salah atau kurang dalam hidupnya.

Kedua: Peneguhan ulang persaudaraan dan kekeluargaan. Kehidupan kota besar dan moderen membuat banyak orang, termasuk orang-orang Batak terpencar-pencar dan tercerai-berai. Di kota yang sungguh ramai dan hiruk-pikuk seperti Jakarta sekitarnya ini banyak orang bisa merasa sepi, sendiri dan bahkan terasing. Melalui acara Bona Taon orang-orang Batak Kristen itu menemukan dirinya tidak sendirian namun memiliki keluarga, sanak dan saudara. Dan perasaaan bersaudara dan berkeluarga, memiliki-dimiliki, disayang-menyayang itu sangat membahagiakan serta menguatkan di tengah kenyataan hidup yang keras ini. Pengamatan saya, Bona Taon acap menjadi reuni dan ajang nostalgia yang mengharukan antar orang-orang yang merasa bertalian darah namun karena keadaan sangat jarang bisa berjumpa.

Ketiga: Penegasan identitas. Sejalan dengan itu Bona Taon juga menjadi wadah untuk menegaskan identitas kebatakan. Walaupun tidak dikatakan secara gamblang, melalui acara Bona Taon itu komunitas Batak Kristen juga hendak menegaskan identitas atau ciri khasnya di tengah-tengah dunia global ini. Pengamatan penulis, walaupun sebagian anggota komunitas Batak-Kristen itu tidak lagi bisa berbahasa Batak atau katakanlah tidak lagi fasih berbahasa Batak, maka acara kebaktian Bona Taon akan dianggap “kurang sah” atau “kurang afdol” jika tidak dilakukan dalam bahasa Batak. Lagu-lagu dalam Bona Taon sebab itu selalu diusahakan diambil dari Buku Ende HKBP: Naung moru do muse sataon, Naung salpu taon na buruk i, Debata baen donganmi dll. Menurut saya ini sangat menarik direnungkan. Sama seperti orang-orang lain, komunitas Batak pun ingin menunjukkan keunikan dan kekhasannya.

Keempat: Tekad ke masa depan: Berhubung hampir semua persekutuan Batak-Kristen melakukan even Bona Taon secara teratur saban tahun, saya berpikir mungkin ini suatu peluang untuk membuatnya sebagai suatu dorongan bergerak ke masa depan. Bernostalgia ke masa lalu dan mengenang keindahan dan kedamaian kampung halaman tentu baik-baik saja dan kadang perlu. Meneguhkan persaudaraan hari ini bagus. Menegaskan identitas juga absah. Namun menurut saya tekad ke masa depan juga sangat diperlukan. Dan Bona Taon bisa dipakai untuk itu.

Apalah artinya bagi komunitas Batak jika dia hanya memiliki masa lalu, betapapun indah atau hebatnya masa lalu itu? Menurut saya inilah pekerjaan rumah terberat bagi komunitas Batak sekarang. Sadar atau tidak sadar, orang Batak sudah semakin introvert atau berorientasi ke dalam. Banyak orang Batak cenderung hanya berkumpul-kumpul dengan sesamanya dan tidak lagi berusaha dan mengolah dunia luar. Yang lebih parah: banyak orang Batak tidak berani lagi keluar dari “comfort zone” atau “wilayah aman”-nya. Padahal dulu nenek moyangnya adalah orang-orang gagah berani, keluar dari kampung halamannya merantau, manombang (membuka hutan), dan manosor (membuka kampung baru). Maaf, kenapa lantas sekarang malah seperti ayam jago kampung yang hanya berani berkokok di kolong rumah sendiri? Dengan pemikiran itulah saya akhirnya mau mengatakan. Mari menjadikan even-even Bona Taon bukan rutinitas atau tradisi semata, tetapi justru titik tolak atau sumber kekuatan untuk bangkit dan bergerak dalam kehidupan yang lebih nyata.
Disarikan dari berbagai sumber